KONSELING SEKSUALITAS DI KALANGAN REMAJA

Posted April 23rd, 2008 by wahid08
Akibat kemajuan ilmu pengetahuan dan tekonologi khususnya di bidang komunikasi dan informasi dalam segala aspek kehidupan secara drastis telah melanda dunia termasuk Indonesia. Batas-batas antar negara semakin menipis, segala bentuk informasi yang diproduksi di belahan bumi bagian barat dengan mudah masuk ke belahan bumi bagian timur yang jelas sangat berbeda sistem sosial budayanya.
Remaja adalah mereka yang berada dalam masa peralihan dari masa kanak-kanak ke masa dewasa. Dalam masa peralihan ini terjadi pertumbuhan dan perkembangan yang cepat baik fisik maupun psikologis. Bila pertumbuhan dan perkembangan mereka lebih banyak terpengaruh oleh situasi sosial yang kurang sesuai dengan kapasitas jati dirinya sebagai bagian dari suatu bangsa, dikhawatirkan untuk jangka panjang akan merugikan kelompok masyarakat ini dan keluarga mereka sendiri.
Di samping di rumah dan di sekolah, remaja juga mendapat pengetahuan reproduksi dari sumber lain seperti media cetak clan elektronika, teman sebaya, dan pergaulan sosial. Sebagai misal sebuah ”Penelitian observasional” Mahmudah dan kawan-kawan (1997) terhadap 100 responden usia remaja menunjukkan bahwa dalam masalah reproduksi, sumber informasi yang paling besar bagi mereka adalah media massa (70%). Peran orang tua kurang begitu menonjol (45%), sedangkan peran guru sebagai sumber informasi sebesar 62%. Sebenarnya dalam masalah reproduksi ini, peran orang tua dan guru diharapkan lebih menonjol karena bagaimanapun juga mereka juga berperan sebagai filter atau penyaring bagi informasi yang akan diberikan kepada remaja, berbeda bila informasi diperoleh dari media masa yang sering kali tanpa penyaringan terlebih dahulu. Dalam upaya pemberian informasi mengenai masalah reproduksi bagi remaja, khususnya di sekolah, perlu peran guru ditingkatkan. Untuk itu ingin diketahui seberapa jauh pengetahuan guru, khususnya guru bimbingan dan konseling, dan remaja, dalam hal ini siswa SMU, mengenai penyakit menular seksual, khususnya AIDS dan bagaimana sikap atau pendapat mereka mengenai hal tersebut. Dengan mengetahui pengetahuan dan sikap siswa SMU dan guru bimbingan konseling, hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai masukan dalam upaya pencegahan dan penanggulangan PMS dan HIV/AIDS khususnya di kalangan remaja. Penelitian ini dilaksanakan di Propinsi Jawa Timur, di Kotamadya Surabaya, Kabupatan Malang, Sidoarjo dan Gresik. Populasi dalam penelitian ini adalah semua siswa SMU dan guru bimbingan dan konseling di SMU. Sampel 100 = 50/ 50 (siswa SMU dan guru bimbingan dan konseling).
Dalam rangka pencegahan penularan penyakit AIDS di kalangan remaja (sebagian besar adalah pelajar), maka peran guru sangat besar. Akan tetapi bila kenyataan menunjukkan bahwa pengetahuan dan sikap atau pendapat para guru tidak lebih baik dibanding pengetahuan dan sikap atau pendapat para pelajar, maka sangat perlu untuk terlebih dahulu mempersiapkan para guru, khususnya dalam pengetahuan mengenai penyakit AIDS, agar para guru nantinya dapat berperan sebagai nara sumber di sekolah (tempat kerja) dan memberikan informasi yang benar mengenai hal-hal tersebut.
a. Pengertian Konseling Seksualitas Remaja
Konseling adalah proses pemberian bantuan dari seseorang konselor kepada seorang klien atau sekelompok orang yang memiliki masalah. Bantuan diberikan untuk memecahkan masalah yang dialami klien dengan cara wawancara dan diskusi. (Lentera Sahaja, 1999). Untuk menjalankan konseling biasanya konseling dilakukan oleh konselor yang berprofesi sebagai psikolog; konseling dapat juga dilakukan oleh siapa saja yang disebut profesional. Para profesional di bidang konseling adalah konselor yang latar belakang pendidikannya formalnya bukan psikologi atau bimbingan konseling, tetapi mereka diberi bekal pelatihan, keterampilan, pengetahuan konseling. Para profesional yang terpanggil jiwanya untuk membantu orang lain ini idealnya bekerja di bawah supervisi seorang konselor yang profesional. Konselor harus memenuhi beberapa syarat, seperti mengenal prinsip-prinsip konseling dan menerapkan etika konseling. Pengalaman Lentera Sahaja mendampingi remaja di Yogyakarta dan sekitarnya menunjukkan bahwa remaja lebih terbuka kepada sesama remaja dalam mencari pemecahan masalah yang dihadapinya.
Ada banyak teori konseling dalam psikologi, salah satunya adalah teori ‘client centered’. Teori konseling ini menekankan peran klien sendiri dalam proses konseling sampai pengambilan keputusan. Teori konseling ini berpijak pada beberapa keyakinan dasar tentang martabat manusia bahwa bila seseorang mengalami masalah, yang bisa menyelesaikan masalah adalah diri sendiri. Apapun keputusan yang diambil oleh klien adalah hak klien. Dalam berbagai konseling, seseorang konselor berperan sebagai pemberi alternatif solusi, sedangkan pengambilan keputusannya diserahkan kepada remaja. Peran konselor lebih banyak membantu remaja untuk mengambil keputusan; bukan sebagai pengambil keputusan.
Konseling seksualitas remaja adalah proses pemberian bantuan dari konselor kepada seorang klien atau sekelompok orang yang memiliki masalah seksualitas dan kesehatan reproduksi sesuai dengan umur dan permasalahan, perkembangan fisik dan mental pada masa pubertas, misalnya masalah seputar pacaran, perilaku seks, kesehatan reproduksi secara umum, body image, masalah dalam kehidupan perkawinan, HIV/AIDS, penyakit menular seksual dan kehamilan tidak diinginkan.
b. Tujuan Dan Manfaat Konseling Seksualitas.
Secara umum tujuan konseling seksualitas remaja adalah memberi informasi tentang seksualitas secara benar dan proforsional, membantu klien memperoleh identitas dirinya dalam pilihan perilaku dan orientasi seks, meningkatkan pengetahuan seksualitas, mengurangi kecemasan yang dialami oleh remaja berkaitan dengan perilaku dan orientasi seksnya, menghasilkan perubahan dan kebiasaan perilaku yang bertanggung jawab, mengajarkan keterampilan membuat keputusan merujuk klien pada lembaga lain yang lebih berkompeten (jika penyelesaikan masalahnya membutuhkan ‘intervensi’ lebih lanjut).
Selain tujuan secara umum dari konseling seksualitas tersebut konseling seksualitas juga berfungsi sebagai sarana untuk mendapatkan informasi tentang seksualitas bagi siapapun khususnya remaja. Selama ini sarana-sarana yang dipakai oleh remaja untuk memenuhi keingintahuan mereka pada masalah seksualitas didapatkan dari buku populer tentang seksualitas, diskusi dengan teman sekolahnya, dan nonton film atau video. Informasi yang didapatkan dari berbagai media tersebut seringkali tidak benar, penuh mitos dan salah satu dari bias gender. Melalui konseling seksualitas, remaja akan memperoleh informasi yang benar dan bertanggung jawab dari konselor yang bersangkutan. Remaja juga dapat berdiskusi dengan konselor mengenai problem seksualitas sehingga pada akhirnya remaja bisa memahami nilai pribadinya, sikap dan perilaku seksualnya, serta belajar untuk mengambil keputusan lebih lanjut. Dengan demikian, ketika remaja mempunyai masalah, dia mendapat dukungan dari orang yang bisa memahami masalahnya.
c. Langkah-Langkah Konseling Seksualitas Remaja
Di dalam konseling seksualitas remaja, diperlukan adanya sebuah Konselor yang memiliki pengetahuan, wawasan, dan ketrampilan komunikasi yang baik. Untuk dapat memberi informasi yang benar, konselor harus memiliki pengetahuan dan wawasan yang memadai dan dapat menyampaikannya dengan gaya bahasa yang mudah dimengerti oleh remaja.
Adapun langkah-langkah yang perlu ditempuh dalam melakukan konseling seksualitas remaja adalah sebagai berikut:
• Saling memperkenalkan diri antara konselor dan klien
• Konselor melakukan rapport (pendekatan) kepada klien untuk mengkondisikan klien supaya bisa mengungkapkan masalahnya dengan aman dan nyaman. Hal ini bisa dilakukan dengan menggali identitas klien tanpa klien merasa dirinya ‘diselidiki’
• Setelah suasana mencair, konselor mulai menggali masalah klien, mulai dari latar belakang sampai usaha yang sudah dilakukan untuk memecahkan masalah serta hasilnya
• Diskusikan alternatif pemecahan masalah yang dihadapi; konselor memberikan informasi mengenai kesehatan reproduksi dan seksualitas sesuai dengan kebutuhan klien
• Ajak klien menentukan alternatif yang terbaik untuk dia
6. Ajak klien untuk memecahkan tindak lanjut dan proses konseling yang sudah dilakukan

Sedangkan peran konselor di dalam proses konseling seksualitas remaja konselor adalah orang yang bisa melihat permasalahan dari sudut pandang remaja (empati) dan tidak menghakimi atas perilaku seks remaja. Konselor mengajak remaja untuk mengambil keputusan berdasarkan pilihan-pilihan yang ada beserta konsekuensinya, serta melatih keterampilan komunikasi dan bernegoisasi dengan pasangannya. Dalam konseling ini, remaja diharapkan mampu meningkatkan kewaspadaannya terhadap pengetahuan yang berhubungan dengan seksualitas (proses terjadinya kehamilan, fakta dan mitos seksualitas, bagaimana penularan HIV/AIDS dan cara menghindarinya, dan pemeliharaan organ reproduksi), meningkatkan penghargaan terhadap diri sendiri, dan meningkatkan kemampuan pengambilan keputusan secara bertanggung jawab.

Tinggalkan komentar

Belum ada komentar.

Comments RSS TrackBack Identifier URI

Tinggalkan komentar